A. Proses pembuatan batik tulis pada kain
ü Batik tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3 bulan. Proses pembuatan batik tulis yaitu semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin.
ü Proses pembuatan batik tulis meliputi beberapa tahapan seperti
· mola (membuat pola),
· ngiseni (mengisi bagian yang sudah dibuat polanya),
· nerusi (membatik pada sisi sebaliknya),
· nemboki (menutup bagian kain yang tidak akan diwarnai),
· mbiriki (proses penghalusan tembokan),
· pewarnaan,
· nglorot (merebus kain agar malamnya larut / lepas)
· mbabari.
B. Disamping batik diproses dipermukaan kain batik juga diproses pada permukaan kayu. Salah satu contoh adalah pada kerajinan kayu topeng dan patung loro blonyo.
ü Dahulu patung Loroblonyo sangat lekat dengan kehidupan masyarakat jawa pada umumnya. Patung Loroblonyo berkaitan mitos Dewi Sri dan Sadono dalam hubungannya dengan ritual kesuburan bagi masyarakat Jawa, keterkaitan mitos Dewi Sri-Sadono dengan expresi visualisasi patung loro blonyo dalam sistem kepercayaan masyarakat Jawa dan untuk mengetahui makna filosofis patung loro blonyo dalam masyarakat Jawa.
ü Dusun Bubong, Desa Putat, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, DIY, adalah suatu kawasan desa yang melestarikan budaya topeng dan patung loroblonyo mulai dari produksi, pemasaran dan ritual tradisinya. Disana ada budaya penghormatan bagi Dewi Sri atau sering disebut Mbok Sri sebagai Dewi Kesuburan. Tradisi tersebut bernama ”Rasulan ” sebagai simbol ungkapan rasa syukur setelah penanaman padi masyarakat membuat nasi tumpeng dan dan di kelilingi macam-macam palawija sebagai simbol ”Boyong Mbok Sri” atau disebut meindah Dewi Sri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar